Tuesday, March 11, 2014

Easter Shelter Project

Apa rasanya hidup di bawah rangka kayu reyot berukuran 4.5 x 8 meter, beralaskan tanah yang berubah menjadi lumpur saat hujan tiba, ditemani beberapa ekor ayam yang bebas membuang kotoran seenaknya dan hampir tidak ada hari untuk membersihkannya?
Membersihkan? Apa yang perlu dibersihkan? Perabotan pun hanya ada dipan tempat tidur dan kompor kayu bakar yang telah usang. Ya memang ada beberapa ayam, tapi mereka tidak ada kandang. Mereka bebas berkeliaran karena ini pula rumah mereka.

Beberapa orang mengatakan ini lebih cocok disebut kandang. Bagi seorang nenek buta dan cucunya yang mengalami mental disorder, ini adalah rumah mereka. Istana mereka.



Bermula pada musibah banjir yang melanda Jakarta pada Januari 2014 lalu, kami tergerak untuk turun tangan membantu pada korban banjir di daerah kami Kelapa Gading. Namun seiring dengan waktu, bantuan sudah mulai membludak yang dapat diberikan untuk warga sekitar Kelapa Gading. Berkat koneksi dari rekan dari HOME (House of Mercy), sebuah yayasan sosial rumah belajar bagi mereka yang tidak mampu di daerah Cilincing, bantuan tersebut kami salurkan bersama ke daerah kumuh Jakarta. Kami dibawa pada sebuah lokasi terpencil yaitu Desa Buni Bakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. Di tempat inilah rasa kemanusiaan kami kembali mencuat dan disinilah segala cerita perjuangan yang tidak berbasis diri sendiri dimulai

Baiti adalah seorang remaja wanita berumur 24 tahun yang ditengarai menderita mental disorder karena stress yang berkepanjangan. Ia sekarang hanya ditemani oleh neneknya yang buta di sebuah rumah kecil yang tak layak huni. Orangtuanya meninggalkannya karena bercerai. Telah bertahun-tahun Baiti hidup bersama neneknya yang juga sulit untuk mengurus dirinya sendiri.

Menurut kesaksian neneknya, Baiti dulunya adalah seorang anak periang yang tak ubahnya dengan anak-anak seusianya. Namun karena keinginannya untuk sekolah tak mampu direalisasikan, Baiti memilih untuk diam dan tidak mau berbicara kepada siapapun lagi. Selama bertahun-tahun mengalami stress berkelanjutan, Baiti menjadi seorang yang berbeda karena tatapan matanya kosong dan tidak mampu lagi bersosialisasi dengan siapapun, termasuk neneknya. Kondisinya amat memprihatinkan karena sepertinya tidak lagi sadar dengan apapun yang terjadi di sekelilingnya.

Baiti
Ya, disinilah sebuah cerita dimulai. Keresahan hati kami terhadap hidup mereka sepertinya bukan sesuatu yang mudah dihilangkan. Kami tidak mengenal mereka sebelumnya. Kami bukan yayasan yang secara berkala mencari target untuk diberi bantuan.

Kami hanya anak-anak muda biasa yang diberi visi luar biasa.

Sebuah rumah layak huni bagi keluarga kecil ini menjadi ketetapan langkah kami selanjutnya. Kami tidak pernah membangun rumah sebelumnya. Tak pernah terbayang juga sebelumnya menjadi arsitek dadakan untuk mengukur senti demi senti sudut rumah agar dapat dibangun sesuai dengan harapan.

Kami memulai dengan apa yang kami punya dan apa yang kami bisa. Kami tau proyek ini tak akan selesai jika kami sendirian. Kami butuh orang-orang lain yang juga mau turun tangan untuk turut serta membantu. Anda bisa mulai dari apa yang Anda bisa, dari apa yang Anda punya.

Kami tak bisa sendirian. Kami butuh Anda untuk merealisasikan proyek yang keuntungannya tidak kita rasakan bersama. Tapi jelas kita tahu kebergunaannya dirasakan sebuah keluarga kecil yang hidupnya berpotensi untuk bahagia.

Ya, bahagia...
“We can’t help everyone, but everyone can help someone” – Ronald Reagan

2 comments:

  1. Selain rumah, apakah ada rencana untuk memfasilitasi semacam pembinaan utk Baiti ?

    ReplyDelete
  2. Terima kasih atas pertanyaannya, Pak Hendra.

    Tentu saja kami ada rencana untuk melakukan pembinaan lebih lanjut kepada Baiti, yang mana hal tersebut akan kami bicarakan dengan tim kami lebih lanjut. Namun untuk saat ini, memang yang kami fokuskan terlebih dahulu adalah untuk melakukan renovasi rumah mereka, mengingat kondisinya yang sudah sangat tidak layak huni dan berisiko apabila hujan besar kembali datang dan menyebabkan banjir.

    ReplyDelete